Analisis: Bagaimana Pertarungan Gelar MotoGP 2024 Tanpa Sprint Race?

Bagaimana Sprint Race mempengaruhi pertarungan gelar MotoGP 2024? Simak penjelasannya di bawah ini.

Francesco Bagnaia, Jorge Martin, MotoGP 2024
Francesco Bagnaia, Jorge Martin, MotoGP 2024
© Crash

Hanya ada empat putaran tersisa di musim kedua MotoGP era Sprint Race dan perdebatan tentang keberadaanya sebagian besar telah mereda.

Menjelang akhir musim 2023 yang kacau ketika Sprint diperkenalkan, balapan pendek pada akhirnya terbukti membantu menjaga pertarungan gelar tetap hidup hingga putaran akhir, karena hasil Grand Prix saja sudah akan menobatkan Francesco Bagnaia sebagai juara tak terbantahkan.

Saat Crash.net terakhir kali melihat poin yang disesuaikan pada tahun 2024 untuk menghapus hasil Sprint, kejuaraan itu benar-benar tampak milik Bagnaia.

Setelah Grand Prix Austria, selisih poin antara Bagnaia dan Jorge Martin hanya lima poin. Jika hasil sprint tidak dihitung, selisih poin tersebut membengkak menjadi 43 poin.

Lima putaran telah berlalu sejak GP Austria, dan hanya tersisa empat putaran lagi saat kampanye 2024 mendekati klimaksnya.

Menjelang Grand Prix Australia akhir pekan depan, klasemen menempatkan Martin unggul 10 poin atas Bagnaia setelah pembalap pabrikan Ducati itu meraih kemenangan ganda Sprint/Grand Prix keempatnya tahun ini di Jepang, yang juga kemenangan Grand Prix kedelapannya musim ini.

Jika kita memperhitungkan poin untuk hasil Grand Prix, kita melihat bahwa sejak Austria, perebutan gelar sebenarnya telah ditutup antara dua pembalap teratas.

Klasemen MotoGP 2024 tanpa Sprint Race:

  1. Bagnaia - 279 (Saat ini - 382)
  2. Martin - 261 (Saat ini - 392)
  3. Bastianini - 226 (Saat ini - 313)
  4. M. Marquez - 216 (Saat ini - 311)
  5. Binder - 144 (Saat ini - 183)
  6. Bezzecchi - 123 (Saat ini - 134)
  7. Acosta - 118 (Saat ini - 181)
  8. Di Giannantonio - 113 (Saat ini - 134)
  9. Vinales - 108 (Saat ini - 163)
  10. A. Marquez - 103 (Saat ini -124)

Jarak antara Martin dan Bagnaia menyusut dari 43 menjadi hanya 18 pada tahap musim ini dari Austria ke Jepang, meskipun jelas dalam skenario ini Pecco memimpin.

Sementara Bagnaia melihat perubahan sebesar 28 poin dari klasemen dunia nyata, perbedaan poinnya hanya delapan pada hasil Grand Prix saja.

Bagnaia tetap menjadi pembalap terkuat pada hari Minggu tahun 2024, dengan Jepang menandai kemenangan Grand Prix kedelapannya musim ini. 

Ia adalah pembalap pertama yang melakukannya sejak Marc Marquez pada tahun 2019, sementara ia bergabung dengan daftar nama-nama elite bersama Jorge Lorenzo, Valentino Rossi dan Casey Stoner yang juga mencapai prestasi ini dalam satu musim.

Martin hanya meraih tiga kemenangan pada tahun 2024, dengan kemenangan terbarunya didapat di Indonesia. Namun, itu merupakan kemenangan pertamanya sejak GP Prancis pada bulan Mei.

Yang membuat selisih poin Bagnaia dalam kejuaraan tanpa Sprint Race mengecil sejak terakhir kali kami menulis artikel ini setelah Austria adalah dua DNF untuk Bagnaia di Aragon dan Emilia Romagna. 

Dari Aragon hingga sekarang, perolehan poin Bagnaia di hari Minggu adalah 61, sementara Martin 86. Kesalahan strategis Martin di GP San Marino selama hujan singkat terbukti merugikan, tetapi ia selalu berada di posisi dua teratas di setiap Grand Prix lainnya sejak Austria - dan dua teratas di semua kecuali San Marino sejak jeda musim panas.

Selain DNF, hasil Bagnaia dalam lima balapan terakhir adalah posisi kedua di San Marino, ketiga di Indonesia, dan kemenangan di Jepang.

Dengan 100 poin yang diperebutkan di empat Grand Prix terakhir, Martin menghadapi tugas yang sedikit lebih berat untuk mengungguli Bagnaia di klasemen tanpa Sprint Race, dibandingkan Bagnaia yang berupaya menutup defisit 10 poin saat ini dengan 148 poin yang tersedia.

Faktor utama yang menyebabkan Bagnaia kalah dari Martin dalam skenario ini adalah jumlah DNF. Bagnaia saat ini memiliki tujuh DNF untuk musim ini, dengan tiga di antaranya - Portugal, Aragon, dan Misano 2 - pada hari Minggu. Martin memiliki empat DNF untuk musim ini, dua di antaranya pada hari Minggu (Spanyol dan Jerman).

Di belakang dua peringkat teratas, Enea Bastianini sedikit lebih dekat dengan selisih 53 poin di posisi ketiga, bukan 79. Namun, sekali lagi, dengan 100 poin tersisa, Bastianini mungkin akan melihat peluang matematisnya sirna paling awal di Australia jika Bagnaia mengunggulinya dengan selisih 22 poin.

Peluang Marc Marquez untuk tetap bertahan bahkan lebih kecil, dengan defisit 63 poin yang berarti Bagnaia hanya perlu mengunggulinya dengan selisih 12 poin di Australia untuk menyingkirkannya dari persaingan.

Jadi, dalam skenario fiksi ini dan pertarungan gelar di dunia nyata, dua pembalap teratas - Martin dan Bagnaia - tetap menjadi protagonis utama. 

Yang tidak kalah menariknya adalah fakta bahwa dalam kedua skenario tersebut, Ducati sudah memastikan titel pabrikan, dengan Brad Binder tidak lagi bersaing secara matematis dengan atau tanpa memperhitungkan poin sprint.

Jika mengacu pada klasemen tanpa Sprint Race, musim Marco Bezzecchi terlihat jauh lebih baik daripada yang sebenarnya. Meskipun masih jauh dari performa saat jadi penantang gelar tahun 2023, ia berhasil naik ke posisi keenam di klasemen tanpa Sprint, setelah hanya mencetak 11 poin pada hari Sabtu tahun 2024 di GP23 yang sulit.

Seperti apa klasemen MotoGP 2024 tanpa Grand Prix?

Jika melihat alternatif lain - klasemen tanpa Grand Prix - tabel poin akan sangat menguntungkan Martin, salah satu pembalap tersukses di hari Sabtu.

Klasemen MotoGP 2024 tanpa Grand Prix:

  1. Martin - 131
  2. Bagnaia - 103
  3. Marquez - 95
  4. Bastianini - 87
  5. Acosta - 63

Setelah 16 ronde, perolehan poin sprintnya mencapai 131. Angka itu meningkat dari 95 sejak Austria saat terakhir kali kami melihat statistik ini. Bagnaia telah meningkatkan aksinya sejak saat itu dalam sprint, dengan perolehannya meningkat menjadi 103.

Setelah Austria, perolehan poin Bagnaia pada Sprint hanyalah 57, yang merupakan hasil langsung dari empat kali DNF pada Sprint Race di paruh pertama musim. Sejak saat itu, ia hanya mencetak satu poin di Aragon, tetapi berada di posisi kedua di Misano 1, lalu menang di Misano 2, Indonesia, dan Jepang.

Sementara itu, Martin berada di posisi kedua di Aragon, pertama di Misano 1, kedua di Misano 2, ke-10 di Indonesia setelah mengalami kecelakaan saat memimpin balapan, dan keempat di Jepang.

Hal itu membuatnya unggul 28 poin atas Bagnaia di klasemen, dengan Marquez tertinggal delapan poin di posisi ketiga. Dengan 48 poin tersisa di empat putaran terakhir, Martin akan menuju match-point pertamanya di Thailand.

Sekali lagi, keberadaan Sprint Race memberi bumbu dalam menciptakan persaingan gelar yang ketat. Namun, kekuatan Bagnaia dan Martin di berbagai titik pada tahun 2024 berarti kita masih akan menyaksikan pertarungan sengit hingga akhir dalam pertarungan kejuaraan berdasarkan peraturan pra-2023.

Diterjemahkan dan disunting oleh Derry Munikartono

Read More