Masalah Hosting Fee, Gelaran MotoGP Indonesia Diragukan
Pergelaran MotoGP Indonesia di Mandalika diragukan setelah pemerintah provinsi NTB mengaku kesulitan untuk memenuhi hosting fee.
MotoGP akan kembali ke Mandalika pada tanggal 27-29 September, namun satu bulan jelang penyelenggaraan muncul keraguan karena alasan finansial.
Baru-baru ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat NTB mengaku kesulitan untuk memenuhi biaya hosting fee yang dibebankan ke daerah tersebut.
Dorna sendiri meminta hosting fee sekitar Rp 231,3 miliar (setara 12,8 Juta Euro) untuk menggelar balapan MotoGP di Mandalika.
Hal tersebut diungkapkan oleh Asisten Sekertariat Daerah (Setda) III NTB Wirawan Ahmad kepada Antara.com, yang mengatakan bahwa anggaran hosting fee untuk MotoGP di Mandalika terlalu besar untuk dibebankan ke daerah.
Ketidaksanggupan Pemda NTB ini juga dikarenakan alokasi dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) juga digunakan untuk keperluan lain.
"Karena anggaran 230 Miliar itu adalah anggaran yang sangat besar bagi daerah, dan kami yakin [pemerintah pusat] juga memahami karena APBD provinsi NTB ini juga dievaluasi oleh pemerintah pusat. Jika ada alokasi yang besar untuk suatu event, akan menggangu juga kebijakan pusat," jelasnya.
Pada dua gelaran MotoGP Indonesia sebelumnya, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terlibat dalam pengurusan hosting fee.
Untuk gelaran pertama pada tahun 2022, Pemerintah Pusat melalui Kemenparekraf membayar 100% hosting fee. Sementara di 2023, pemerintah NTB mendapat suntikan dana Rp 78,8 Miliar dari Kemenparekraf dalam bentuk Sponsorship "Wonderful Indonesia".
Balapan terakhir di Mandalika jadi salah satu momen yang menentukan pertarungan gelar musim 2023, di mana Jorge Martin terjatuh saat memimpin Grand Prix yang dimenangi oleh Francesco Bagnaia.