Penilaian Ducati atas Harapan Gelar Bastianini
Davide Tardozzi memberikan pandangannya tentang pertarungan empat arah untuk MotoGP 2024, yang melibatkan Enea Bastianini.
Pertarungan gelar MotoGP yang terbuka lebar biasanya akan membuat pabrikan yang terlibat akan terasa gugup. Tapi untuk musim 2024 hanya ada satu pabrikan yang bermain, Ducati.
Ini bukanlah hal baru bagi Ducati, karena mereka memiliki dua pembalap bertarung untuk gelar 2023 dalam bentuk Francesco Bagnaia dan Jorge Martin. Namun, kali ini "The Bologna Bullet" memiliki empat pembalap yang menjadi protagonis gelar
Salah satunya Enea Bastianini, yang tiba-tiba masuk ke dalam pertarungan gelar menyusul kemenangan ganda di Silverstone.
"Enea masih menjadi penantang gelar," kata Tardozzi kepada saluran Inggris TNT Sports setelah GP Inggris Minggu lalu. "Ia masih [tertinggal 49 poin dari pemuncak klasemen], jadi itu artinya dengan 370 poin tersisa, saya rasa ia memiliki peluang besar untuk menjadi Juara Dunia."
Bastianini harus menghadapi rekan satu timnya Bagnaia, Martin dari Pramac dan pembalap Marc Marquez dalam pertarungan gelar tahun ini.
Namun, sebelum Silverstone, Bastianini dianggap tidak lagi menjadi kandidat juara, meski hanya tertinggal 11 poin di belakang Marquez setelah Grand Prix Jerman di Sachsenring.
"Benar-benar sikap mentalnya," kata Tardozzi saat ditanya apa yang berubah dalam diri Bastianini selama jeda musim panas antara Jerman dan Inggris yang membuatnya masuk dalam persaingan perebutan gelar.
“Saya pikir selama liburan, dia banyak berpikir, kami banyak berbicara dengannya, terutama dengan teknisi balapnya, Marco Rigamonti, dan saya pikir dia kembali dalam mood [2022]."
“Setelah cedera tahun lalu, dia mengalami satu tahun masalah pada tahun 2023, sedangkan tahun ini dia tidak memulai dengan cara yang tepat, berpikir 'Saya tidak mungkin bertahan di sini', sehingga dia tidak berkonsentrasi pada pekerjaannya.
“Kami tahu betul bahwa dia adalah pembalap yang sangat, sangat cepat, dan, sekali lagi, dia akan menjadi penantang gelar.”
Mentalitas segar ini memungkinkan Bastianini untuk memanfaatkan kekuatan gaya membalapnya, yang, di Silverstone, memungkinkan pembalap Italia itu mempertahankan grip pada ban belakangnya lebih baik daripada para pesaingnya.
Seperti yang dijelaskan Tardozzi, “Caranya membuka gas sangat berbeda, dan kecepatan yang ia bawa saat memasuki tikungan dengan ban bekas itu unik — ia adalah satu-satunya pembalap Ducati yang mampu melakukannya. Jadi, itu bakatnya.”