Bagaimana F1 Mengubah Olahraga dengan Bahan Bakar Berkelanjutan
Power Unit F1 generasi berikutnya disiapkan untuk menggunakan bahan bakar 100% berkelanjutan, yang diklaim bisa menghasilkan lebih sedikit emisi dan mengurangi emisi gas rumah kaca "setidaknya 65%".
Langkah pertama F1 menuju kejuaraan nol karbon akan dilakukan pada tahun 2022 saat kejuaraan beralih ke bahan bakar E10, kombinasi bahan bakar fosil 90% dan etanol 10%, turun lima persen dalam penggunaan bahan bakar fosil ketimbang saat ini.
Olahraga ini kemudian akan fokus untuk beralih ke bahan bakar terbarukan yang semuanya baru untuk mesin generasi berikutnya, yang dijadwalkan untuk diperkenalkan pada tahun 2026.
F1 mengatakan penggantian 'bahan bakar drop-in' dapat digunakan dalam mesin pembakaran internal standar "tanpa modifikasi apa pun pada mesin itu sendiri".
Berbeda dengan pasar mobil jalanan, F1 cenderung menjauhi elektrifikasi dan menuju bahan bakar sintetis karena tidak mungkin menandingi tingkat performa mobil F1 dengan elektrifikasi total pada tahap ini.
Introducing the fuel of the future
— Formula 1 (@F1) October 5, 2021
♻️ 100% sustainable
Same power
And useable by vehicles across the world#F1 #Formula1 pic.twitter.com/VQNp8ZetYH
Bahan bakar elektronik sintetis diproduksi menggunakan proses industri yang menangkap CO2 dari atmosfer dan menggabungkannya dengan hidrogen rendah karbon untuk membuat bahan bakar. Hidrogen diperoleh dari sumber listrik berkelanjutan seperti angin, matahari dan tenaga nuklir.
F1 hampir mencapai kesepakatan tentang desain mesin baru yang dapat mungkin menarik Grup Volkswagen - kemungkinan besar Audi atau Porsche - untuk bergabung dengan grid pada tahun 2026.
Porsche telah memulai pembangunan pabrik bahan bakar netral CO2 baru di Chili dengan tujuan memproduksi sekitar 130.000 liter bahan bakar elektronik (e-fuel) pada tahun 2022. Itu akan diperluas dalam dua fase menjadi sekitar 55 juta liter pada tahun 2024, dan menjadi 550 juta liter pada tahun 2026.
F1 mengatakan "secara aktif terlibat dalam diskusi" dengan perusahaan bahan bakar tentang jumlah pasti yang dibutuhkan kejuaraan dunia, serta bagaimana itu dapat diproduksi secara massal untuk penggunaan yang lebih luas di masyarakat.
Biaya dan peningkatan produksi tetap menjadi rintangan terbesar seputar bahan bakar elektronik. Inggris sendiri saat ini mengkonsumsi 46,5 miliar liter bensin dan solar setiap tahun, angka yang mengerdilkan target yang diproyeksikan Porsche.
Awal tahun ini, direktur pelaksana olahraga motor F1 Ross Brawn mengatakan kepada BBC bahwa mobil bertenaga hidrogen bisa menjadi masa depan F1 setelah tahun 2030.