Dua DNF dari Tiga Balapan, Bagaimana Aspirasi Gelar Verstappen?
Upaya Max Verstappen untuk mempertahankan gelar kembali menemui cobaan di Melbourne saat dia dipaksa menepi dengan 20 lap tersisa di Grand Prix Australia akhir pekan lalu, menandai DNF kedua dari tiga balapan awak dan membuatnya kehilangan 18 poin penting.
Pembalap Ferrari Charles Leclerc mengambil keuntungan dengan meraih kemenangan keduanya musim ini, membuat Verstappen terpaut 46 poin dari pemuncak klasemen.
- Podcast F1 Crash.net EP5: Leclerc Tegaskan Kresedensial Favorit Gelar
- Verstappen: Safety Car F1 Aston Martin seperti Kura-Kura
- Verstappen Frustrasi dengan Masalah Reabilitas Red Bull
Keunggulan poin Leclerc atas rival utamanya lebih besar daripada yang dimiliki Verstappen atau Lewis Hamilton di tahap mana pun selama duel epic mereka tahun lalu. Untuk menjaga harapan gelar, Red Bull membutuhkan hal spesial untuk sisa 20 putaran musim ini.
Setelah Grand Prix Jerman 2012, Sebastian Vettel mendapati dirinya tertinggal 44 poin dari Fernando Alonso tetapi pembalap Red Bull saat itu melakukan perlawanan luar biasa selama paruh kedua musim untuk meraih gelar juara dunia ketiganya.
Patah hati untuk Max Verstappen di Australia
— Formula 1 (@F1) 10 April 2022
Peluang podium terlewatkan untuk pebalap Belanda setelah penampilan yang kuat berakhir sebelum waktunya dengan masalah mobil #AusGP #F1 pic.twitter.com/DXeOAe1r4X
Mempertimbangkan skala tugas yang dihadapi Verstappen, dapat dimengerti mengapa pebalap Belanda itu begitu kecewa dengan prospeknya mempertahankan gelar setelah balapan.
“Kami sudah tertinggal jauh,” kata Verstappen yang frustrasi. “Saya bahkan tidak ingin memikirkan pertarungan kejuaraan saat ini; lebih penting untuk menyelesaikan balapan.
“Kami bahkan tidak menyelesaikan balapan, jadi itu cukup membuat frustrasi dan tidak dapat diterima. Saya tahu ada masalah sehingga akan selalu ada tanda tanya dalam menyelesaikan balapan.
“Hal-hal seperti ini, jika Anda ingin memperjuangkan gelar, hal-hal seperti ini tidak boleh terjadi.”
Memang, Verstappen dan Red Bull masih memiliki banyak waktu dengan 20 balapan, plus tiga Sprint Race, akan digelar di musim terlama F1.
Dengan maksimal 544 poin untuk diperebutkan, defisit Verstappen terlihat kecil dalam skema besar. Keberuntungan dan keandalan tidak diragukan lagi akan memainkan peran besar.
Secara realistis, Verstappen tahu akan butuh beberapa balapan untuk merebut kembali keunggulan Leclerc jika Ferrari melanjutkan performa awal musimnya.
“Karena sudah begitu jauh di kejuaraan, mulai sekarang kami harus unggul,” akunya. “Kami harus lebih cepat, yang saat ini tidak kami lakukan. Dan kita harus bisa tangguh, padahal kita juga tidak. Jadi ada banyak hal yang harus dikerjakan.”
Ketika ditanya bagaimana dia melihat peluangnya untuk memenangkan gelar, Verstappen menjawab: “Saya bahkan tidak memikirkannya. Saat ini, tidak ada alasan untuk mempercayainya.”
Apa yang terjadi dengan Red Bull?
Meskipun tidak ada keraguan bahwa Red Bull memiliki mobil yang sangat cepat, dengan Verstappen akan bersaing dengan Leclerc untuk kemenangan di Bahrain dan Arab Saudi, RB18 juga terbukti rapuh.
Masalah fuel pump menyebabkan kedua mobil DNF dari balapan pembuka musim Grand Prix Bahrain, tapi Red Bull mampu bergerak cepat dengan membawa perbaikan instan ke balapan berikutnya di Jeddah, yang dimenangi oleh Max.
Red Bull masih perlu menyelidiki penyebab pasti DNF terbaru Verstappen, namun indikasi awal itu dikarenakan bahan bakar ketimbang masalah Power Unit. Dan menurut Team Principal Red Bull Christian Horner, situasinya sangat berbeda dibandingkan Bahrain.
“Jelas sangat frustasi memiliki DNF di mobil Max,” kata Horner. “Sepertinya masalah sistem bahan bakar, di luar tangki, yang menyebabkan masalah.
"Jadi jelas itu masuk ke karantina, suku cadangnya jelas akan kembali ke Jepang, dan kami jelas akan mencoba dan memahami masalahnya secepat kami bisa."
Kekhawatiran muncul dari mesin yang dirancang Honda dan dirakit serta dijalankan oleh Red Bull Powertrains baru setelah serentetan masalah telah mempengaruhi tim saudara AlphaTauri.
Yuki Tsunoda telah dipaksa untuk memakai mesin ketiga dan terakhir yang diizinkan pada tahun 2022, sementara Pierre Gasly juga menghadapi prospek penalti grid awal tahun ini setelah mobilnya terbakar setelah kehilangan tenaga di Bahrain.
Sejauh ini, masalah khusus mesin telah dihindari oleh tim senior Red Bull, tetapi reabilitas yang buruk tentu saja membuat kubu Milton Keynes pusing, dengan Verstappen menyatakan keprihatinan bahwa tidak ada "perbaikan yang jelas" yang terlihat.
Sudah ada indikasi kekhawatiran kehandalan sebelum Grand Prix Australia berlangsung ketika Red Bull melakukan banyak perubahan parc ferme pada mobil Verstappen.
Namun, terlepas dari masalah yang melanda Red Bull, Horner bersikeras bahwa dia lebih suka timnya dihadapkan pada tantangan untuk mencoba "memperbaiki mobil yang cepat" daripada membuat yang lambat menjadi cepat.
“Fakta bahwa kami mengejar ketertinggalan dari posisi tercepat kedua sangat menggembirakan dan kami mulai memahami beberapa masalah yang kami miliki,” kata Horner.
"Saya lebih suka memperbaiki mobil cepat daripada mencoba dan membuat mobil lambat yang namun tahan banting menjadi cepat. Jadi, Anda tahu, kami harus mengatasinya. Kami tidak dapat menerima DNF, tetapi kami perlu memahami apa masalahnya dan kita harus mengatasinya.”
Meskipun benar bahwa hanya ada sedikit pilihan antara Ferrari dan Red Bull sejauh musim ini dalam hal kinerja murni, reabilitas benar-benar menghukum Red Bull.
Segala sesuatunya tentu saja dapat berayun dengan cepat, tetapi jika Verstappen ingin tetap memperebutkan gelar kedua, baik Red Bull ataupun Max tidak boleh melakukan kesalahan apapun.